Rabu, 27 April 2011

Mumi Fir'aun

Masuk Islam Karena Meneliti Mumi Firaun

Seorang ilmuwan Barat meyakini keaslian Al Qur’an sebagai Firman Allah lalu mengikrarkan 2 kalimat syahadat setelah ia meneliti mumi-mumi Firaun.
Hal ini bermula ketika pada tahun 1975, Pemerintah Mesir menerima tawaran dari Pemerintah Perancis agar diadakan penelitian ilmiah seputar mumi-mumi Firaun yang berada di Giza, Mesir.
Maka diadakanlah penelitian terhadap jasad Raja-raja Mesir tersebut. Penelitian tersebut dipimpin oleh ilmuwan Perancis, Prof. Dr. Maurice Bucaille. Dari hasil penelitian, ditemukan ada satu mumi yang berbeda jika dibandingkan dengan mumi-mumi yang lain. Mumi yang berbeda tersebut adalah mumi dari Minepthah. Minepthah adalah Firaun yang menjadi musuh Nabi Musa. Di dalam tubuh mumi Minepthah terdapat kandungan garam laut. Sedangkan dalam tubuh mumi-mumi Firaun yang lain tidak ditemukan kandungan garam laut sedikitpun.
Tentu saja hal ini membuat heran Prof. Bucaille. Lalu ia pun menceritakan fenomena tersebut pada seorang ilmuwan muslim. Sang ilmuwan muslim itu menjawab, “ Jangan terburu bangga dengan penelitianmu dan tak perlu heran. Karena umat Islam sudah lama meyakini hal itu. Sesuai dengan keterangan Al Quran, bahwa setelah Firaun mengejar nabi Musa, maka Allah menyelamatkan Nabi Musa dan pengikutnya serta menenggelamkan Firaun ke Laut Merah. Namun Allah mengentas jasad Firaun dan melemparkan kembali ke daratan agar dapat dijadikan sebagai tanda kebesaran Allah dan tanda bahwa bumi pun tak bersedia dijadikan tempat pekuburannya.”
Mendengar keterangan ilmuwan muslim itu, Prof. Bucaille pun tertegun. Lalu ia pun mengumpulkan dan meneliti kitab-kitab suci agama samawi. Dari kitab-kitab tersebut hanya terdapat keterangan Nabi Musa dan Firaun hanya sampai pada saat Allah menenggelamkan Firaun dan pengikutnya di Laut Merah. Tidak ada keterangan apapun pasca penenggelaman itu.
Lalu ia meneliti Al Quran dan saat membaca Surat Yunus ayat 92, ia mendapati jawaban peristiwa pasca penenggelaman Firaun.
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang akan datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami." (QS. Yunus: 92)
Ya, setelah Firaun tenggelam, mayatnya terdampar di pantai dan ditemukan orang-orang Mesir, lalu dibalsem seperti jasad-jasad Firaun yang lain.
Prof. Bucaille terkejut karena Al Quran menerangkan peristiwa Firaun vs Nabi Musa secara lengkap dan utuh. Mulai saat kelahiran Nabi Musa, masa kecilnya, pembunuhan terhadap seorang Bani Israil, pelarian Musa, peristiwa di bukit Tursina, tukang-tukang sihir Firaun, hingga kejadian pasca penenggalam Firaun secara utuh. Padahal peristiwa tersebut telah terjadi ribuan tahun sebelum Al Quran turun. Yang lebih membuatnya heran adalah saat ia mengetahui bahwa Nabi Muhammad adalah seorang yang buta huruf, tidak dapat membaca dan menulis. Maka yakinlah ia bahwa Al Quran benar-benar diturunkan oleh Dzat Yang Maha Pencipta. Yakinlah ia akan kebenaran dan keaslian Al Quran. Sehingga ia pun menyatakan keislamannya.


Mumi Fir'aun

Terbukti Sudah: Kutukan Raja Firaun Cuma Mitos


PARA Peneliti dari Viktoria, Australia, rupanya penasaran betul dengan Kutukan Raja Tutankhamen yang sangat terkenal itu. Raja muda Firaun yang diduga hidup 3000 tahun silam itu kuburannya dibuka oleh para peneliti barat 80 tahun lalu. Nah, banyak yang percaya Raja Firaun muda itu mengeluarkan kutukan mengerikan: Barang siapa membuka kuburannya, maka kematian akan segera menyongsong mereka.

Mark Nelson dari Monash University di Melbourne, yang penelitianya itu dipublikasikan dalam The British Medical Journal, menemukan fakta berlawanan dengan legenda yang tersebar seputar mumi Tutankhamen tersebut. Menurutnya, sebagian besar orang yang hadir saat pembukaan kuburan itu pada 1922 hidup sehat hingga usia tua.

"Mitos itu hampir pasti disebarkan oleh koran pesaing yang tidak bisa menulis banyak soal itu, karena hak khusus soal itu diserahkan pada Times of London," kata Nelson, seperti dilansir ABCNEWS Online.

Menurut arkeolog Howard Carter, yang memimpin tim penemu kamar kuburan itu, ada 25 orang barat yang hadir saat peti mumi itu dibuka. Mereka menemukan mumi Firaun, lengkap dengan topeng emas pria tampan dan beberapa artefak dari emas lain.

Temuan itu menjadi headline di seluruh dunia dan menimbulkan kegilaan terhadap berbagai barang berbau Mesir. Namun ketika sponsor penelitian itu, Lord Carnarvon meninggal seminggu setelah pembukaan kuburan itu, segera lahir legenda kutukan Raja Firaun.

Koran-koran saat itu menulis bahwa kuburan itu diukir dengan kutukan bahwa "Kematian akan datang pada mereka yang mengganggu kedamaian sang raja". Walaupun tidak pernah tercatat adanya prasasti yang menyebutkan kutukan tersebut.

Kutukan itu menjadi alasan atas serial kematian--beberapa memiliki kaitan yang jauh dengan kuburan itu-- seperti kematian burung Kenari peliharaan Carter yang dilaporkan dipatuk Kobra pada hari pembukaan kuburan itu.

Bahkan Sir Arthur Conan Doyle, penulis kisah detektif fiktif termashur Sherlock Holmes, mengaku percaya bahwa kutukan tua itu memang betul adanya.

Nelson mencatat hari kematian semua orang yang terlibat dalam pembukaan kuburan itu dan meneukan bahwa usia kematian mereka berkisar 70 tahun. Carter sendiri hidup sehat hingga usia 60 tahun dan meninggal secara wajar.


"Jadi tidak ada bukti yang cukup bahwa kehadiran saat pembukaan makam, peti mati dari batu, dan membuka mumi akan mengurangi umur manusia," kata Nelson. Artinya, menurut Nelson, kutukan Firmaun itu hanya mitos dan isapan jempol belaka.

Misteri Kematian Raja Tut

Isapan jempol atau bukan Firaun muda Tutankhamen memang masih diselimuti banyak misteri. Meski sudah mati 3000 tahun, para peneliti di jaman moderen masih penasaran tentang kehidupan serta ceritera tragis kematiannya. Apakah dia mati karena sebab-sebab wajar atau telah dibunuh.

Pada situs Layanan Informasi Mesir
dikupas tuntas seputar kontroversi kematian Firaun muda tersebut. Kemungkinan Raja Tut dibunuh muncul 28 tahun lalu berdasarkan analisis Sinar X terhadap mumi yang dilakukan oleh departemen Anatomi University of Liverpool.

Dugaan itu menimbulkan kontroversi di kalangan ilmuwan dan ahli sejarah Mesir. Jika dibunuh, siapa yang melakukan itu? apakah Aye, pengganti Tutankhamen yang juga menikahi isterinya setelah dia tewas? atau Horernhab, pejabat militer yang berkuasa setelah Aye turun dari tahta yang digenggamnya hanya 4 tahun itu. Banyak arkkeolog percaya kedua berkomplot untuk membunuh raja muda itu.

Awal tahun ini, sebauh analisi Sinar X, membuka tabir lebih jelas. Kali ini penelitian dilakukan oleh para ahli dari Long Island University, Amerika Serikat. Menurut mereka, raja dibunuh saat tidur. "Lubang itu mengangga di bagian belakang kepala yang tidak mungkin diakibatkan sebuah kecelakaan, seseorang telah membokong dari belakang," kata sang ahil itu.

Tapi menurut Muhammad Saleh, Direktur Jenderal Museum Mesir, analisis asli mumi Tutankhamen menyatakan raja muda itu meninggal karena penyakit paru-paru atau tumor otak. "Ini yang menjelaskan kenapa ada bengkak di bagian belakang kepalanya," kata Saleh.

Bagaimanapun jawaban Saleh tidak menutup kontroversi seputar kematian sang Raja Muda. Yang setelah 3000 tahun mati pun telah menciptakan legenda "kutukan pada mereka yang menganggu ketenangannya."




 





Sejak kemarin kami menyimpang dari jalur sungai Nil menuju Gurun Sinai, untuk napak tilas kisah Nabi Musa. Dialah musuh besar Firaun yang diceritakan oleh agama-agama Ibrahim di dalam kitab Taurat, Injil dan Al Qur’an. Utusan Allah yang terlahir di zaman Ramses II ini sangat banyak diceritakan di dalam kitab suci sebagai ’petarung tangguh’ yang diutus Tuhan untuk menghentikan keganasan Firaun.

Sejak dari Abu Simbel di perbatasan Sudan sampai Kairo, sebenarnya tim Ekspedisi sudah menempuh sekitar 85 persen panjang sungai Nil. Tidak jauh lagi, kami akan sampai di Alexandria sebagai muaranya. Jaraknya hanya tinggal 250 km.
Tetapi, selama beberapa hari ke depan, kami sengaja tidak melanjutkan perjalanan menyusuri sungai ke arah muara, melainkan menyimpang ke timur menyeberang Teluk Suez terlebih dahulu.
Ada beberapa agenda yang ingin kami telusuri, terkait dengan kisah eksodus Bani Israil dari Mesir. Dan ini terkait erat dengan berbagai situs Mesir kuno yang bercerita tentang Firaun di sepanjang sungai Nil. Dengan mengembangkan penelusuran ini, saya harapkan pembaca akan memperoleh gambaran lebih utuh tentang kisah Firaun vs Musa.
Dimanakah Musa dilahirkan? Dimana dia dibesarkan? Dimana pula dia melakukan penyeberangan saat dikejar oleh Firaun? Siapakah Firaun yang tenggelam di Laut Merah: Ramses II ataukah Firaun yang lain? Dan seterusnya, termasuk saya akan mendaki gunung Sinai untuk merasakan suasana saat Nabi Musa menerima wahyu Taurat di Jabbal Musa.
Dan kemudian, kami akan mengakhiri napak tilas kisah Musa ini di kota Sharm El Sheikh, dimana Musa bertemu dengan manusia misterius, Khidr, yang sempat menjadi guru spiritualnya. Perjalanan menyusur kawasan Sinai menempuh jarak lebih dari 1000 km, sampai balik lagi ke lembah Nil di dekat Delta, untuk melanjutkan Ekpedisi ke muaranya di laut Mediterania.
Tidak seperti biasanya yang hanya bercerita secara deskriptif, setidak-tidaknya dalam dua tulisan hari ini dan besok, saya akan memberikan sedikit analisa untuk menyambungkan cerita secara utuh tentang kisah Musa vs Firaun. Selebihnya, saya akan menuangkan cerita perjalanan spiritual ini dalam bentuk buku yang insya Allah, akan saya terbitkan bulan depan.
Sempat saya singgung ketika bercerita tentang kota Fayoum, bahwa kawasan subur itu pernah menjadi permukiman orang Yahudi alias Bani Israil, yakni sejak zaman nabi Yusuf. Disanalah istana Qarun berada. Dan di sekitar kawasan itu pula Nabi Musa dilahirkan.
Kalau kita lihat dalam peta sungai Nil, maka kota ini berada sebelum kota Memphis, yang kala itu sudah tidak menjadi ibukota kerajaan Firaun lagi. Ibukota di zaman Ramses II sudah berpindah ke Luxor. Tetapi, kota Memphis masih menjadi kota metropolitan sampai ribuan tahun berikutnya. Sehingga, lazim para raja memiliki istana musim panas di kawasan dekat delta sungai Nil itu. Termasuk Ramses II. Dan, tidak heran pula di museum Memphis bertengger patung Ramses II dalam ukuran raksasa.
Saat Musa dilahirkan, Ramses II sudah berusia diatas 54 tahun. Dan sudah mengangkat dirinya sebagai Tuhan. Kalau kita telusuri sejarahnya, Ramses II diangkat sebagai Firaun pada usia 24 tahun. Ia sudah sepenuhnya mengendalikan Mesir dalam waktu dua puluh tahun pertama. Dan kemudian, mengangkat dirinya sebagai Tuhan, setelah 30 tahun berkuasa.
Setelah itulah Musa terlahir dari rahim seorang wanita Bani Israil sebagai keturunan keempat dari Nabi Ya’kub. Musa sezaman dengan Qarun, familinya, yang bekerja pada Ramses II sebagai penjilat. Kelahiran Musa membuat Firaun gusar. Sebab, para penasehat spiritualnya mengatakan bahwa akan lahir bayi laki-laki dari kalangan Bani Israil yang kelak akan mengalahkan kekuasaan Firaun. Ia pun memerintahkan untuk membunuhi bayi laki-laki dari Bani Israil [QS. 2: 49].
Tapi, bayi Musa diselamatkan oleh Allah dengan cara yang sangat istimewa. Ibu Musa memperoleh ilham dari Allah, untuk menghanyutkan bayinya di aliran sungai Nil. Dan atas kehendak-Nya, bayi yang ditaruh di keranjang bayi itu ’berlabuh’ di istana Firaun di Memphis. Saat itu, kemungkinan besar Nefertari, istri yang paling dicintai Firaun sedang berada di taman pinggiran sungai Nil. Ia melihat sang bayi lucu itu, dan jatuh hati kepadanya.
Diambilnya keranjang berisi bayi itu, dan ia meminta kepada Firaun untuk tidak membunuhnya. Tetapi, memelihara bayi laki-laki berkulit putih yang jelas-jelas bukan dari kaum Firaun tersebut [QS. 28:9]. Ramses tak mampu menolak permintaan sang isteri tercinta. Apalagi, Nefertari pernah kehilangan anak laki-laki Amunherkhepseshef, yang meninggal saat masih remaja. Padahal dialah pangeran utama yang digadang-gadang akan menggantikan kekuasaan Ramses II.
Perlindungan Allah terus berlanjut kepada Musa. Bayi itu tidak mau disusui oleh siapa pun. Dan hanya mau diberi air susu ibunya yang jelas-jelas berwajah Bani Israil. Tetapi hati Firaun luluh oleh permintaan isteri tercintanya. Sehingga dalam sebuah sayembara, ibu Musa terpilih sebagai pengasuh yang menyusui dan memelihara Musa sampai masa kanak-kanaknya berakhir. [QS. 28: 12].
Singkat cerita, Nabi Musa yang musuh besar Firaun dibesarkan di dalam istana Firaun sendiri. Sampai suatu ketika ia menjadi pemuda dan membunuh orang Qibthi alias orang Mesir asli, yang sedang berkelahi dengan seorang pemuda Bani Israil. Maka, Firaun pun tak mampu menahan diri untuk menghukum Musa. Dia geram kepada Musa, pemuda Bani Israil yang sudah dipeliharanya bertahun-tahun, tetapi tetap menunjukkan pembelaannya kepada Bani Israil yang dibenci Firaun.
Musa pun melarikan diri meninggalkan kota Memphis, menuju negeri Madyan, di timur negeri Mesir. Disana, Musa diambil menantu oleh Nabi Syuaib sekaligus belajar agama kepadanya, selama sepuluh tahun atau lebih.[QS.28: 27]. Menjelang usia empat puluh tahun, Musa bersama keluarganya meninggalkan negeri Madyan menuju ke Mesir. Di tengah jalan, di sekitar gunung Sinai, Musa melihat api di sebuah bukit. Dia pun mendaki bukit itu. Ternyata, disana dia menerima perintah dari Allah untuk menghentikan kesewenang-wenangan Firaun, serta mendakwahkan agama Tauhid. Allah pun membekalinya dengan beberapa mukjizat.
Sebelum kedatangannya ke negeri Mesir itulah, Firaun Ramses II meninggal dunia. Beberapa tahun terakhir sebelum kematiannya, Ramses menderita sakit komplikasi yang menyiksanya. Kekuasaannya tidak lagi efektif, sehingga pemerintahannya dikendalikan oleh anaknya, Merneptah, yang sekaligus panglima perangnya. Ramses II meninggal dunia dalam usia 97 tahun, dan dimakamkan di Lembah Raja. Sayang, makamnya dibobol pencuri harta Firaun. Dan muminya sempat tidak jelas keberadaannya.
Baru pada tahun 1881, mumi Ramses II diketemukan oleh para arkeolog di sekitar Lembah Raja, untuk dipindahkan ke Museum Mesir di Kairo. Tapi yang mengerikan, ketika kain kafan mumi itu dibuka, tangan kiri Firaun bergerak terangkat dari posisi silang di depan dadanya. Ia menunjukkan ekspresi terakhirnya saat meregang nyawa. Entah apa yang menyebabkan, tangan sang mumi masih bisa bergerak setelah lewat 3.127 tahun dari saat kematiannya..!
Bersambung besok: //Siapakah Firaun yang Tenggelam di Laut Merah?//
Ramses II, kekuasaannya berakhir di usian 97 tahun.
Sungai Nil Memphis dimana bayi Musa dihanyutkan.
nara suber : ekspedisi sungai nil, Agus Mostofa

Kisah Jasad Fir’aun di Al Qur’an, Fakta Membuktikan …

Dr. Morris Bukay* di dalam bukunya ‘al-Qur’an Wa al-‘Ilm al-Hadiits’ (al-Qur’an Dan llmu Modern) mengungkap kesesuaian informasi al-Qur’an mengenai nasib Fir’aun Musa setelah ia tenggelam di laut dan realita di mana itu tercermin dengan masih eksisnya jasad Fir’aun Musa tersebut hingga saat ini. Ini merupakan pertanda kebesaran Allah SWT saat berfirman, (QS.Yunus:92)
Dr. Bukay berkata, “Riwayat versi Taurat mengenai keluarnya bangsa Yahudi bersama Musa AS dari Mesir menguatkan ‘statement’ yang menyatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah Fir’aun Mesir pada masa nabi Musa AS. Penelitian medis terhadap mumi Mineptah membeberkan kepada kita informasi-informasi berguna lainnya mengenai dugaan sebab kematian fir’aun ini.
Sesungguhnya kitab Taurat menyebutkan, jasad tersebut ditelan laut akan tetapi tidak memberikan rincian mengenai apa yang terjadi terhadapnya setelah itu. Sedangkan al-Qur’an menyebutkan, jasad Fir’aun yang dilaknat itu akan diselamatkan dari air sebagaimana keterangan ayat di atas. Dalam hal ini, pemeriksaan medis terhadap mumi tersebut menunjukkan, jasad tersebut tidak berada lama di dalam air sebab tidak menunjukkan adanya tanda kerusakan total akibat terlalu lama berada di dalam air.**”
Dr. Morris Bukay menyebutkan bahwa dalam sebuah penelitian medis dengan mengambil sampel organ tertentu dari jasad mumi tersebut pada tahun 1975 melalui bantuan Prof Michfl Durigon dan pemeriksaan yang detail dengan menggunakan mikroskop, bagian terkecil dalam organ itu masih dalam kondisi terpelihara secara sempurna. Ini menunjukkan, keterpeliharaan secara sempurna itu tidak mungkin terjadi andaikata jasad tersebut sempat tinggal beberapa lama di dalam air atau bahkan sekali pun berada lama di luar air sebelum terjadi proses pengawetan pertama.
Dr. Bukay juga menyebutkan, diri bersama tim telah melakukan banyak penelitian, di antaranya untuk mengetahui dugaan sebab kematian Fir’an. Penelitian yang dilakukannya berjalan legal karena dibantu direktur laboratorium satelit di Paris, Ceccaldi dan prof Durigan. Objek penelitian dititikberatkan pada salah satu orang di tengkorak kepala.
Mengenai hasilnya, Dr Bukay mengungkapkan, “Dari situ diketahui, bahwa semua penelitian itu sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang menyiratkan Fir’aun tewas ketika digulung gelombang…”***
Dr. Bukay menjelaskan sisi kemukjizatan masalah ini. Ia mengatakan, “Di zaman di mana al-Qur’an sampai kepada manusia melalui Muhammad SAW, jasad-jasad para Fir’aun yang diragukan orang di zaman kontemporer ini apakah benar atau tidak ada kaitannya dengan saat keluarnya Musa, sudah lama terpendam di pekuburan lembah raja di Thoba, di pinggir lain dari sungai Nil di depan kota al-Aqshar saat ini.
Pada masa Muhammad SAW segala sesuatu mengenai hal ini masih kabur. Jasad-jasad tersebut belum terungkap kecuali pada penghujung abad ke-19.**** Dengan begitu, jasad Fir’aun Musa yang masih eksis hingga kini dinilai sebagai persaksian materil bagi sebuah jasad yang diawetkan milik seorang yang mengenal nabi Musa AS, menentang permintaannya dan memburunya dalam pelarian serta mati saat pengejaran itu. Lalu Allah menyelamatkan jasadnya dari kerusakan total sehingga menjadi tanda kebesaran-Nya bagi umat manusia sebagaimana yang disebutkan al-Qur’an al-Karim.*****
Informasi sejarah mengenai nasib jasad Fir’aun tidak berada di tangan manusia mana pun ketika al-Qur’an turun atau pun setelah beberapa abad setelah turunnya. Akan tetapi ia dijelaskan di dalam Kitab Allah SWT sebelum lebih dari 1400 tahun lalu.
* Seorang dokter ahli bedah paling masyhur berkewarganegaraan Perancis. Ia masuk Islam setelah mengadakan kajian secara mendalam mengenai al-Qur’an al-Karim dan mukjizat ilmiahnya
** Lihat, buku al-Qur’an Wa al-‘Ilm al-Hadits, Dr Morris Bukay
*** Lihat, buku Kitab al-Qur’an Wa al-‘Ilm al-Mu’ashir, Dr Morris Bukay, terjemah ke bahasa Arab, Dr Muhammad Bashal dan Dr Muhamma Khair al-Biqa’i
**** Diraasah al-Kutub al-Muqaddasah Fii Dhau’i al-Ma’aarif al-Hadiitsah, karya Dr Morris Bukay, hal.269, Darul Ma’arif, cet.IV, 1977 –dengan sedikit perubahan
***** Ibid.,
Sumber : alsofwah.or.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar